Sabtu, 27 Desember 2008
Rentang kendali pemerintahan yang jauh dengan pusat ibukota Kabupaten Landak di Ngabang, yakni 187 Km membuat masyarakat di 5 kecamatan menginisiasi pembentukan daerah kabupaten yang baru, yakni Kabupaten Landak Utara (KLU). Demikian hasil pertemuan tokoh-tokoh masyarakat dari 7 kecamatan yang hadir dalam Rapat Pembentukan Panitia Pemekaran, Sabtu 15/11 di Pontianak.
“namun, selain dari wilayah Kabupaten Landak, 3 kecamatan di Kabupaten Pontianak juga menyatakan bergabung, yakni Kecamatan Anjongan, Toho dan Sadaniang” ujarnya membuka rapat yang dihadiri oleh 28 orang tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh adat dari 7 kecamatan.
Sebagaimana Apui, Rachmat Sahudin, tokoh masyarakat asal Menjalin mengungkapkan bahwa ide ini sebenarnya sudah lama, yakni sekitar tahun 2002 lalu, namun baru sekarang ini semakin mengkristal.
“berdasarkan PP No78 Tahun 2007 tentang Pemekaran Daerah, daerah yang baru melakukan pemekaran baru boleh kembali mengajukan pemekaran daerah setelah 7 tahun” ujar Anggota DPRD Propinsi Kalbar ini.
Dari penelusuran sementara, Kabupaten ini akan meliputi 7 kecamatan, dengan penduduk sekitar 210.000 jiwa. “jadi, sangat memungkinkan untuk dilakukan pemekaran kembali” ujarnya kemudian. Ditambahkannya, penduduk kabupaten ini sangat plural, namun etnik Dayak sangat dominan. “berdasarkan sejarah, wilayah kabupaten ini merupakan segitiga emas Kalbar, yakni Anjongan-Mandor-Menyuke, yang sangat berpengaruh disegala bidang di Kalbar” ujar Thomas Apon, Ketua Dewan Adat Dayak Kecamatan Menjalin yang hadir dalam pertemuan itu. Dengan demikian, lanjutnya, posisi geografis kabupaten ini akan sangat mempercepat proses pembangunan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraannya yang selama ini terkesan diabaikan kabupaten induk.
Ketika ditanya alas an mendasar rencana pembentukan kabupaten ini, Sone, tokoh masyarakat asal Mandor mengungkapkan bahwa selama ini, pembangunan dikawasan baru ini terkesan sangat lambat dan terbelakang. “Mandor sejak dulu adalah pusat ekonomi, namun selama ini terabaikan pembangunannya, demikian juga Kecamatan Sadaniang yang kaya akan bahan tambang” ujarnya. Mandor adalah daerah yang kaya pertambangan emas, dan dari sejarah perjuangan rakyat Kalbar, disinilah terjadinya pemusatan pembunuhan para pejuang kemerdekaan. “namun, Mandor tetaplah menjadi Mandor, tidak ada perubahan” lanjutnya. Silvester Mulyadi, Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Landak yang juga tokoh masyarakat asal Menjalin mengungkapkan bahwa kedepan, kabupaten baru ini sangat menjanjikan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat secara umum. “dengan rentang kendali yang pendek,infrastruktur perdesaan akan semakin baik, dengan demikian roda ekonomi masyarakat akan berputar sedemikian cepat. Ini akan mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat diwilayah kabupaten baru ini” ujarnya semangat.
Ketua Umum : Oktapius, SH. MH
Ketua I : Amon Amed
Ketua II : Paulus Luno
Ketua III : Thomas Apon
Ketua IV : Sukandi, SE
Ketua V : Rifin Fransisko, S.Sos
Ketua VI : Pinsensius Samson, S.Sos
Ketua VII : Yanto Mardino, S.Sos
Ketua VIII : Alai
Ketua IX : Paulinus Jiman
Sekretaris Umum : Yohanes Supriyadi,SE
Sekretaris I : Ojolius
Sekretaris II : Asan
Sekretaris III : Paulus FS
Sekretaris IV : dr. Damianus Hipolitus
Bendahara Umum : Ignasius Apui,ST
Bendahara I : Akiun
Bendahara II : Mikael Jaedi
Bendahara III : Mikael, SH
Oktapius, Ketua Umum terpilih menjelaskan bahwa panitia yang telah terbentuk akan bekerja maksimal sesuai porsinya masing-masing. “kedepan, panitia akan melakukan kerja-kerja pengorganisasian rakyat agar bersatu padu dalam mewujudkan kabupaten baru ini”ujar Anggota DPRD Landak dari Fraksi PDIP ini.
0 komentar:
Posting Komentar